jam

Kamis, 06 November 2008

resume (kata kata yang perlu dihindari)


Kata kata yang perlu dihindari dalam penulisan berita
Kata-kata penat dan jenuh:
Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise/stereotype yang sering dipakai dalam kata transisi berita seperti:
• Sementara itu
• Dapat ditambahkan
• Dalam rangka
• Perlu diketahui
• Dalam rangka
• Selajutnya
• Dll

Dengan demikian dia menghilangkan monotogi(keadaan/bunyi yang selalu sama saja) dan sekaligus dia menerapkan ekonomi kata/penghematan kata.

Beberapa pendapat tentang ekonomi kata:
Cicero ,“keringkasan adalah daya tarik besar kefasihan lidah”
Hosea Ballou ,“keringkasan dan kepadatan isi ialah orangtua perbaikani”
Walt Whitman “ Kesederhanaan(simplycity) ialah kejayaan ekspresi “

Kata-kata mubazir:
• Bahwa : adalah kata sambung yang dipakai untuk menggabungkan induk denagn anak kalimatpengganti subjek /objek secara eksplisit
• Adalah/ilalah/merupakan : lahir karena kata kopula dalam bahasa asing
• Telah
• Untuk

Kamis, 23 Oktober 2008

Definisi Bahasa Jurnalistik

Resume Bahasa Jurnalistik
Lyza Camellia
207400479


Definisi dan Fungsi Bahasa Jurnalistik

Definisi Bahasa Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari (Sumadiria, 2005:2). Dalam kamus jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar, majalah atau berkala lainnya (assegaff, 1983:9). Dalam Leksikon Komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi (Kridalaksana, 1977:44). Djen Amar menekankan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Amar, 1984:30).
Dalam buku ini bahasa jurnalistik didefinisikan sebagai bahasa yang digunakan oleh para wartawan, redaktur atau pengelola media massa dalam menyusun dan menyajikan, memuat, menyiarkan dan menayangkan berita serta laporan peristiwa atau pernyataan yang benar, aktual, penting dan atau menarik dengan tujuan agar mudah dipahami isinya dan cepat ditangkap maknanya.

Fungsi Utama Bahasa
Menurut seorang pakar bahasa terkemuka, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa yaitu : (1) sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, (2) sebagai alat komunikasi, (3) sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, dan (4) sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 2001 : 3-7).
Menurut para pakar bahasa Indonesia, bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga di antaranya bersifat perlambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif: (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan (Alwi, Dardjowidjojo, Lapoliwa, Moeliono, 2000 : 14-16).
Dalam pandangan Halliday seperti dikutip Aziez dan Alwasiah (2000:17), fungsi bahasa mencakup tujuh hal. Pertama, fungsi instrumental yakni menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu. Kedua, fungsi regulatori yakni menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku orang lain. Ketiga, fungsi interaksional yakni menggunakan bahasa untuk menciptakan interaksi dengan orang lain. Keempat, fungsi personal yakni menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan makna. Kelima, fungsi heuristik yakni menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan makna. Keenam, fungsi imajinatif yakni kita menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi. Ketujuh, fungsi representasional yakni menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.
Menurut pakar pendidikan, Slamet Imam Santoso, fungsi bahasa yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran ke dalam alam kehidupan dan penjelmaan tersebut menjadi landasan untuk suatu perbuatan.

Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahsa jurnalistik tabloid, bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio siaran, bahasa jurnalistik televisi, dan bahasa jurnalistik media on line internet.
Dalam buku yang lain terdapat 11 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk semua bentuk media. Dalam buku Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, ditambahkan 6 ciri utama lagi sehingga semuanya menjadi 17, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis dan tunduk kepada kaidah etika (Sumadiria, 2005:53-61)

BAHASA JURNALISTIK

NAMA : Kusuma Wardhani
NIM : 207400475
JURNALISTIK B



ASM. Romli



Posisi Bahasa Jurnalistik

1. Alat komunikasi khusus media kepada audiense
2. Subsistem
3. Sebagai lab bahasa bagi masyarakat sekaligus trend center



Karakter Bahasa Jurnalistik

1.Singkat, menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

2.Padat, dalam kata dan kalimat pendek mampu menyampaikan informasi lengkap, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata, Kalimat pendek lebih mudah dimengerti.

3.Sederhana: (a) memilih kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks; (b) menggunakan bahasa orang awam, menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah yang terlalu teknis ilmiah.

4.Lugas, mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

5.Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang.

6.Jelas, mudah dipahami, tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigue) atau tidak menggunakan bahasa kiasan (konotatif), menggunakan kata-kata yang dipahami orang banyak.

7.Hemat kata, prinsip ekonomi kata (economy of words), yaitu menggunakan sesedikit mungkin kata-kata untuk menginformasikan banyak hal, kemudian - lalu; sekarang - kini; kurang lebih – sekitar.

8.Dinamis, tidak monoton. Misal, ketika menulis nama tokoh yang disebut berulang-ulang, kemukakan sebutan atau jabatan lain (atribusi) tokoh tersebut.

9.Membatasi Akronim. Kalaupun harus menulisnya, maka satu kali pada awal tulisan harus dijelaskan dalam tanda kurung kepanjangannya.

10.Kata Mubazir dan Kata Jenuh - Dalam bahasa jurnalistik dikenal istilah Kata Mubazir dan Kata Jenuh. Keduanya harus dihindari dalam penulisan.

11. Kata Mubazir, yaitu kata-kata yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat, seperti “adalah” (kata kopula), “telah” (petunjuk masa lampau), “untuk” (sebagai terjemahan to dalam bahasa Inggris), “dari” (sebagai terjemahan of dalam bahasa Inggris), “bahwa” (sebagai kata sambung), dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.



Drs. Haris Sumadiria, Msi



Bahasa Jurnalistik
Menurut S. Wojowasito dari IKIP Malang dalam karya Latihan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia ( KLW PWI ) di Jawa Timur ( 1978 ), bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam hari-harian dan majalah. Dengan fungsi yang demikan itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian besar masyarakat dapat menikmati isinya. Bahasa Jurnalistik tunduk pada bahasa baku. Enurut Jus Badudu, bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya.
Berbeda dengan bahasa sinetron yang sering asosial, akultural, egois dan elitis, bahasa jurnalistik justru sangat demokratis dan populis. Disebut demokratis, karena dalam bahasa jurnalistik tidak dikenal istilah tingkat, pangkat, dan kasta, sebagai contoh, kucing makan saya, saya makan, guru makan, gubernur makan, menteri makan, presiden makan. Semua diperlakukan sama, tidak ada yang diistimewakan atau ditinggalkan derajatnya. Disebut populis, karena bahasa jurnalstik menolak semua klaim dan paham yang ingin membedakan si kaya dan si miskin, si tokoh dan si awam, si pejabat dan si jelata, sipintar dan si bodoh, si pelajar dan (maaf) si kurang ajar. Bahasa jurnalistik diciptakan untuk semu lapisan masyarakat di kota dan di desa, di gunung dan di lembah di darat dan dilaut. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat yang dianakemaskan atau dinaktirikan oleh bahasa jurnalistik.

Rabu, 22 Oktober 2008

posisi bahasa jurnalistik

NAMA : IWAN SETIAWAN
NIM : 207 400 471
JURNALISTIK B

Posisi bahasa jurnalistik. Jika kita berbicara mengenai posisi, tidak akan jauh dari peran posisi tersebut. Sebagai contoh posisi seseorang sebagai koki, berperan untuk memasak. Begitu juga posisi bahasa jurnalistik yang sangat startegis berperan sebagai media komunikasi bagi semua jenis media.

Bahasa jurnalistik bias diposisikan sebagai:
1.Alat komunikasi yang khusus dipakai media kepada audience.
2.Sebagai laboratorium bahasa, sehingga menjadi trendsetter di tengah masyarakat.
Dalam hal ini, bahasa yang digunakan media menjadi bahasa yang populer pada saat itu.
3.Intensitas yang tinggi dari media, berpengaruh tinggi pada masyarakat. Dengan banyaknya media di tengah-tengah masyarakat memberi pengaruh yang kuat bagi masyarakat dalam hal ini dari segi bahasa.
4.Sub sistem dari bahasa Indonesia. Walau bahasa jurnalistik yang digunakan media terkesan singkat, jelas, lugas dan padat, tapi dalam penggunaannya harus tetap mengikuti kaidah EYD. Walaupun ada beberapa pengecualian.

posisi bahasa jurnalistik

Nama : GINAN TAUFIK
NIM : 207400457
KELAS jurnalistik B

POSISI BAHASA JURNALISTIK

Posisi Bahasa Jurnalistik melibatkan tugas atau peran yang strategis secara umum dari Bahasa Jurnalistik. Dalam perkuliahannya Romel mengibaratkan posisi Bahasa Jurnalistik dalam posisi strategi pemain bola. “Posisi Rooney merupakan seorang striker dan berperan sebagai pencetak gol kea rah gawang musuh.” Tutur Romel. Posisi bahasa Jurnalistik melingkupi beberapa aspek, antara lain :
1. Sebagai alat komunikasi khusus media kepada khalayak agar melahirkan keefektifan dalam berkomunikasi.
2. Bahasa Jurnalistik menjadi laboratorium bahasa bagi khalayak sekaligus menjadi trad bahasa di tengah masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena dalam benak khalayak, kata-kata yang dipakai khususnya dalam penyiaran media diasumsikan baik. Sebagai contoh kata Pungli, Lumpur Lapindo, minah, pedagang kaki lima, dsb.
3. Intensitas berkomunikasi konsumen dan wartawan sangat tinggi. Hal inilah yang memberi pengaruh kuat bagi khalayak dalam penggunaan Bahasa Jurnalistik akibat begitu dekatnya media di hati khalayak.
4. Merupakan sub sistem dalam Bahasa Indonesia. Jadi walau Wartawan membuat kata-kata Jurnalistik, kata tersebut tidak bisa melenceng dari EYD dengan beberapa pengecualian.

Sabtu, 20 September 2008

Realita mudik dan Rock `n Roll


Pembangunan dan lahan pekerjaan yang tidak merata, menyebabkan pemusatan masyarakat pada beberapa kota besar di Indonesia, juga Urbanisasi secara besar. Masyarakat dari berbagai pelosok daerah berduyun duyun memenuhi kota. Pada saatnya, mereka juga perlu kembali ketanah asalnya.
Kebudayaan yang mungkin hanya ada di sesikit negara, dan ekstrimnya terjadi di Indonesia ini lazim terjadi pada hari hari atau sebulan sebelim lebaran. Dan inilah yang disebiut mudik.
Seperti Rock `n Roll, budaya ini menjadikannya menarik untuk diberitakan. Keras seperti Rock `n Roll, berita kecelakaan, kemacetan mewarnai media . Menyenangkan seperti Rock `n Roll , setelah berhasil melawan ganasnya perjalanan, pemudik bisa menikmati hari kemenangan bersama sanak keluarga di tanah asal.
Tak ada yang salah dengan tradisi ini, namun pemerintah dan pemudik perlu memperhatikan nilai keamanan, keselamatan dan kenyamatan perjalanan, sehingga arus mudik bisa lancar.

posted by Martiadi Ilham

Jumat, 19 September 2008

Mudik? Perlu Gak?

Mudik? Bukannya pemeran Jaenab disinetron si Doel? Oh bukan ya? Pemeran Jaenab disinetron Si Doel namanya Maudi K. Heuks… Heuks… Heuks… Nggak lucu akh. Mudik, ya? Mudik, dieja M U D I K. He… He… He…

Jika difikir-fikir, kenapa kebanyakan orang senang mudik saat bulan Ramadhan, apalagi menjelang Idul Fitri. Seolah-olah mudik jadi hobi berjamaah saat bulan Ramadhan. Padahal mudik dihari-hari biasa pun bisa, malah akan jauh lebih nyaman jika mudik tidak saat bulan Ramadhan. Sepertinya Ramadhan tanpa mudik terasa kurang afdol, apalagi berlebaran tidak dengan keluarga di kampung halaman akan terasa hampa.

Kalau begitu apa salahnya mudik? Toh tujuannya pun jelas dan baik, yaitu ingin bersilaturahmi dengan keluarga. Hal yang salah, bukan boleh mudik atau tidak tapi cara mudik itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan dengan mudik yang serentak. Mungkin banyak orang yang setuju, bahwa banyak pemudik yang kurang memperhatikan keselamatan diri mereka sendiri, entah itu bagi mereka yang membawa kendaraan seperti motor atau sarana transportasi umum seperti kereta atau bus. Di samping itu ada sebagian pemudik yang memaksakan diri untuk meminjam uang dalam jumlah yang banyak, agar terlihat “wah” di kampong halaman.

Tetapi melalui kebiasaan mudik juga, para pemudik berupaya mempererat hubungan kekeluargaan di antara sesama melalui jalinan silaturahmi dan budaya saling mengunjungi. Sementara makna ekonomi dari mudik Lebaran dapat diamati melalui kebiasaan untuk membawa hasil kerja selama di perantauan sehingga dapat mempengaruhi dinamika gerak perekonomian di desa.

Jika melihat kebiasaan mudik yang serentak seperti ini, bisa jadi mudik di bulan Ramadhan akan menjadi tradisi dan budaya bahkan gaya hidup bagi masyarakat kota dan perantau. Lalu, apakah mudik itu perlu atau tidak? Apakah mudik itu penting atau tidak? Tergantung pada diri masing-masing.

By : Iwan Setiawan

BELAJAR DAKWAH DARI PUSDAI

Ramadhan 1429 H kali ini, bidang KIK Pusdai Jabar membuat kegiatan Training Retorika Dakwah dan Training Jurnalistik Dakwah. Acara berlangsung di ruang seminar Pusdai Jabar, tanggal 12-13 September 2008 mulai jam 08.00-17.30 WIB. Materi dalam acara ini disampaikan H. Asep S Muhtadi, H. Usep Romli HM, AS Haris Sumadiria, dan ASM Romli. Pemateri membahas hal-hal penting bagi seseorang untuk berdakwah. “acara ini diselenggarakan untuk mencetak kader-kader Bil Khitobah dan Bil Qolam”. Ujar Romel, Ketua panitia pelaksana.

By : Iwan Setiawan

Training Retorika dan Jurnalistik Dakwah

Bidang KIK Pusdai Jabar menyelenggarakan Seminar tentang Training Retorika Dakwah “Public Speaking for Dakwah”, dan Training Jurnalistik Dakwah “Diklat Dakwah Bilqolam”. Didakan pada jum'at (12-13/09) dan (19-20/09) di Ruang Seminar Pusdai Jabar jl. Diponegoro 63 Bandung mulai jam 08.00-17.30 WIB. Acara ini diisi oleh H. Asep S. Muhtadi, H. Usep Romli HM, AS Haris Sumadiria, dan ASM Romli.

by : Ginan Taufik

artikel mudik

MUDIK....??


Mudik bukan menjadi hal yang asing bagitelinga kita semua. Setiap idul fitri tiba, masyarakat berduyun-duyun memadati jalan raya. Warga yang berpulang ke kampung halamannya masing-masing tidak lupa membawa bekal makanan maupun pakaian. Semua moda trasnportasi penuh dijajali pemudik, baik itu trasnportasi via darat, laut, maupun udara.

Tidak ada anjuran dalam islam, namun budaya mudik sudah dilaksanakan sejak dulu hingga kini. Masyarakat rela berdesakan dalam kerumunan orang yang akan mudik juga. Setiap tahun pasti kita melihat adanya kemacetan yang mengular saat arus mudik dan arus balik tiba. Mobil-mobil pibadi maupun umum merayap untuk melewati rute mudik. Setiap jalan yang rawan kemacetan, seperti di jalan Nagrag, dan Pantura menjadi salah satu titik kemacetan. Tidak aneh bila di titik-titik rawan kemacetan itu terjadi kecelakaan, ataupun mobil mogok yang menambah kemacetan. Tidak terhitung jumlah kecelakaan di jalan raya karena kelalaian manusia. Maka dari itu, persiapkanlah segala sesuatunya sebelum bepergian. Periksa segala sesuatunya baik itu mesin, rem, dan lainnya, agar anda tehindar dari kecelakaan akibat kesalahan teknis.

Namun hal itu tidak sedikitpun menyurutkan semangat para pemudik demi bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman. Di hari kemenangan, mereka ingin bercengkrama membagi kebahagiaan, dan membersihkan diri dari segala kesalahan.

by : Ginan taufik

Mudik sudah menjadi fenomena tiap penghujung bulan suci Ramadan.

Mudik adalah sebuah tradisi turun temurun dari zaman dulu, kebiasaan pulang kampung ini selalu dilakukan bagi orang-orang yang hijrah dari kampung mereka ke kota lain rata-rata untuk mencari pekerjaan. Sebelum hari raya idul fitri datang orang-orang berbodong-bodong membeli tiket agar tidak kehabisan.

2 minggu sebelum idul fitri orang-orang sudah mulai meninggalkan aktifitas pekerjaan mereka untuk pulang kampung. Inilah dimulainya kemacetan lalu lintas jalur darat, yang ditakutkan bagi sebagian orang dari kemacetan ini adalah sering terjadinya kecelakaan lalu lintas, meskipun banyak sekali petugas yang diturunkan namun tetap saja kecelakaan tidak bisa dihindari, ini dikarenakan pengendara kurang mematuhi lalu lintas atau pengendara kurang konsentrasi dalam mengemudi.

Tahun kemarin banyak sekali pasilitas bagi para pemudik untuk beristirahat sejenak, seperti pos polisi atau pos telefon seluler yang menyediakan fasilitas yang cukup nyaman bagi para pemudik yang ingin beristirahat, kesempatan digunakan bagi perusahaan seluler untuk mempromosikan perusahaan mereka kepada para pemudik, seperti kartu perdana atau fasi;litas lainnya yang perusahaan tersebut tawarkan. Apakah tahun ini akan ada lagi fasilitas seperti itu, kita lihat saja nanti di penghujung bulan suci ramadhan.

Posting by : Kusuma Wardhani

Training Retorika Dakwah (Public Speaking for Dakwah)

KIK Pusdai Jabar menyelenggarakan seminar mengenai Training Retorika Dakwah (Public Speaking for Dakwah) pada 12-13 September 2008 dan Training Jurnalistik Dakwah (Diklat Dakwah Bil Qolam) pada 19-20 September 2008 pada pukul 08.00-17.30 WIB di Jln.Diponegoro 63 Pusdai Jabar Bandung dengan menghadirkan H.Asep S. Muhtadi, H.Usep Romli HM, AS Haris Sumadiria, ASM.Romli sebagai pematerinya. Materi Training Retorika Dakwah diantaranya Basics of Public Speaking (Problematika Dakwah Bil Lisan), Teknik Pidato : Opening, Delivery and Closing,dll. Lalu materi Training Jurnalistik Dakwah diantaranya Teknis Menulis, Teknik Reportase : Dakwah dalam Berita dan masih banyak lagi materi-materi lainnya yang menarik.

Posting By : Lyza Camellia

Mudik Telah Tiba

Mudik merupakan suatu tradisi dimana orang-orang desa yang merantau ke kota harus kembali ke kampung halaman di saat Hari Raya Idul Fitri, Natal, dsb.

Tidak ada kewajiban untuk mudik tetapi ada keharusan untuk kita bisa menjaga tali silaturahmi dengan baik. Untuk itu mudik penting bagi perantau. Selain menjaga silaturahmi dengan keluarga juga mengingatkan tempat dimana kita pernah berpijak saat di lahirkan hingga dewasa ini.

Setiap menjelang hari raya, perantau sibuk mempersiapkan dirinya untuk mudik ke kampung halaman. Banyak orang mudik dalam waktu yang bersamaan hingga perjalanannya sering mengalami kemacetan karena arus mudik yang berlawanan arah.

By : Lyza Camellia

Senin, 15 September 2008

Training Retorika Dakwah dan Jurnalistik Dakwah

KIK Pusdai Jabar menyelenggarakan seminar training retorika dakwah dan training jurnalistik dakwah diselenggarakan pada 12-13 dan 19-20 September 2008 pukul 08:00-17:30 WIB di ruang seminar Pusdai Jabar Jln. Ponegoro 63 Bandung dengan pemateri H.Asep S. Muhtadi, H.Usep Romli HM, AS. Haris Sumadiria, dan ASM Romli. Materi yang disampaikan berhubungan dengan komunikasi dan kejurnalistikan diantaranya pembahasan tentang teknis menulis, artikel dakwah, dan ada juga teknik reportase.

Posted by:Kusuma Wardhani



Jumat, 12 September 2008

Training Dakwah(Jurnalistik) Pusdai


Menyemarakan Ramadhan 1429H, bidang KIK PUSDAI jawa barat mengadakan kegiatan latihan/training bertajuk "TRaining Retorika Dakwah(Publik Speaking of Dakwah)&Traininng jurnalistik Dakwah(Diklat Dakwah Bil Qalam). Dengan pemateri H.Asep S Muhtadi dkk, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencetak kader Da`i bil Khitoba& Bil Qalam serta untuk memberikan kesadaran bagi para insan Muslim tetang pentingnya syiar Islam. Materi yang diberikan yang berhubungan dengan Retorika Dakwah misalnya : Basic of Publik Speaking, teknik Pidato dll. Lalu untuk training jurnalistik Dakwah, materi yang diberikan antara lain: Dakwah tanpa mimbar,Tekhnik menulis dll. Kegitan ini akan dilaksanakan di ruang seminar PUSDAI Jabar pada tanggal 12-20 September, dari pukul 08.00 s/d 17.30 .

Posted By Martiadi ILham