jam

Jumat, 19 September 2008

Mudik? Perlu Gak?

Mudik? Bukannya pemeran Jaenab disinetron si Doel? Oh bukan ya? Pemeran Jaenab disinetron Si Doel namanya Maudi K. Heuks… Heuks… Heuks… Nggak lucu akh. Mudik, ya? Mudik, dieja M U D I K. He… He… He…

Jika difikir-fikir, kenapa kebanyakan orang senang mudik saat bulan Ramadhan, apalagi menjelang Idul Fitri. Seolah-olah mudik jadi hobi berjamaah saat bulan Ramadhan. Padahal mudik dihari-hari biasa pun bisa, malah akan jauh lebih nyaman jika mudik tidak saat bulan Ramadhan. Sepertinya Ramadhan tanpa mudik terasa kurang afdol, apalagi berlebaran tidak dengan keluarga di kampung halaman akan terasa hampa.

Kalau begitu apa salahnya mudik? Toh tujuannya pun jelas dan baik, yaitu ingin bersilaturahmi dengan keluarga. Hal yang salah, bukan boleh mudik atau tidak tapi cara mudik itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan dengan mudik yang serentak. Mungkin banyak orang yang setuju, bahwa banyak pemudik yang kurang memperhatikan keselamatan diri mereka sendiri, entah itu bagi mereka yang membawa kendaraan seperti motor atau sarana transportasi umum seperti kereta atau bus. Di samping itu ada sebagian pemudik yang memaksakan diri untuk meminjam uang dalam jumlah yang banyak, agar terlihat “wah” di kampong halaman.

Tetapi melalui kebiasaan mudik juga, para pemudik berupaya mempererat hubungan kekeluargaan di antara sesama melalui jalinan silaturahmi dan budaya saling mengunjungi. Sementara makna ekonomi dari mudik Lebaran dapat diamati melalui kebiasaan untuk membawa hasil kerja selama di perantauan sehingga dapat mempengaruhi dinamika gerak perekonomian di desa.

Jika melihat kebiasaan mudik yang serentak seperti ini, bisa jadi mudik di bulan Ramadhan akan menjadi tradisi dan budaya bahkan gaya hidup bagi masyarakat kota dan perantau. Lalu, apakah mudik itu perlu atau tidak? Apakah mudik itu penting atau tidak? Tergantung pada diri masing-masing.

By : Iwan Setiawan

Tidak ada komentar: